Demo di PLN beberapa waktu lalu |
bisnisbmr.co Manado - Pekerjaan profesional pernah membawa saya bertemu dengan
salah satu karyawan penyedia listrik swasta bagi salah satu perusahaan besar di
Sulawesi Utara. Berbincang dengan beliau tentu saja saya yang awam harus
menanyakan pendapatnya tentang apa yang salah dengan penyediaan listrik di
Propinsi ini. Penjelasannya adalah bahwa PLN punya ketidakmampuan daya untuk
memenuhi permintaan listrik masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sampai
disitu saja penjelasannya. Saya coba menekan dia agar menjawab lebih profesional
dari jawaban mentah tersebut. Karena dia hanya memaparkan gejala dari pada
masalah yang sebenarnya. Tetapi pola berpikirnya terlalu terkungkung dalam
kerangka berpikir bahwa hanya PLN yang mampu menyediakan listrik, dan rakyat
biasa tidak. Dan keterpasungan berpikir ini bukan hanya ada pada rakyat biasa,
bahkan pada para akademisi. Saya ingat sekitar 3 tahun lalu menonton acara
diskusi di salah satu TV lokal, yang membahas masalah kelistrikan (masalah ini
sudah ter-endemik, tetapi entah kebodohan apa sehingga rakyat SULUT tidak mampu
memecahkannya sampai sekarang), dan para “pakar” yang terundang hanya mampu
datang dengan satu solusi; pihak terkait (pemerintah, tokoh masyarakat, PLN)
harus duduk bersama. Duduk bersama? Sekali lagi, hasil keterkungkungan berpikir
bahwa hanya PLN yang mampu menyediakan listrik. Lewat tulisan ini saya ingin
mencoba menjelaskan pada pembaca sekalian bahwa mentalitas memecahkan masalah
kelistrikan yang terpasung seperti ini ini bukan saja bodoh tetapi merusak.
Merusak ekonomi, merusak tatanan sosial, merusak peralatan elektronik, merusak
keuntungan perusahaan, merusak mood masyarakat, merusak mental (karena rakyat
sering marah-marah), merusak peradaban, merusak makanan yang disimpan dalam
kulkas, merusak kesehatan (karena marah-marah itu tidak sehat).
Juan Mahaganti |
Keterpasungan berpikir ini dilatar belakangi dua hal,
peraturan kita yang menyatakan bahwa hanya PLN yang bisa menyalurkan Listrik,
kedua, kekurang pengetahuan kita bahwa listrik sejatinya adalah sebuah sumber
daya yang ditemukan, dikembangkan, dan didistribusikan secara luar biasa
efektif sehingga saat ini membantu kehidupan manusia, tanpa campur tangan
pemerintah. Bagaimana ceritanya sehingga teknologi dan industri listrik
berkembang seperti saat ini? Pembaca mungkin pernah mendengar nama Thomas Alva
Edison, sang penemu bola lampu, tetapi mungkin jarang mendengar bahwa dia
pernah kalah dalam bisnis listrik, dalam sebuah cerita ikonik peperangan antara
dua perusahaan listrik Westinghouse Electric milik George Westinghouse, melawan
General Electric yang dimiliki oleh Thomas Edison.
Thomas Alva Edison adalah selebriti pada zamannya yang
menemukan bohlam listrik, yang memungkinkan listrik menjadi sumber penerangan
pada malam hari. Westinghouse, adalah penemu yang menjadi kaya raya setelah
temuannya, rem angin, digunakan di hampir semua kereta api pada zaman itu.
General Electric (GE) yang didirikan oleh Edison, menggunakan dan mengembangkan
teknologi penyaluran listrik sistem DC (Direct Current) yang aman, tetapi
dengan kemampuan yang tidak baik dalam menyalurkan listrik. Hasilnya, untuk
melayani rumah-rumah yang membutuhkan listrik, GE harus membangun generator
setiap beberapa kilometer. Hal ini tentu saja kurang efektif. Solusi penyediaan
listrik lainnya adalah sistem AC (Alternating Current) yang dipakai dan dijual
oleh Westinghouse Electric (WE) yang mana teknologi AC ini dikembangkan di
Eropa oleh berbagai penemu termasuk Michael Faraday, menggunakan transformator
sebagai penguat listrik setiap beberapa kilometer, hasilnya dengan sistem AC,
listrik bisa didistribusikan secara jauh lebih murah. Ada dua masalahnya;
listrik AC lebih berbahaya karena bisa membuat manusia tersetrum ketika dialiri
listrik, dan belum ada pembangkit listrik yang cukup besar untuk mengaliri
listrik satu kota sehingga walaupun sistem AC mampu mengantarkan listrik secara
lebih murah tetapi tidak berguna jika tidak ada pembangkit listrik yang cukup
besar untuk mengaliri sistem AC secara luas. Masalah ini mampu dipecahkan oleh
seorang imigran dari Serbia, jenius bernama Nikola Tesla. Tesla sebenarnya
adalah karyawan GE yang bertugas di Paris, sampai Manajer GE cabang Eropa
merasa bahwa Tesla akan jauh lebih berhasil jika berkarir di Amerika. Dia lalu
mengutus Tesla ke Amerika untuk bertugas dan menulis surat rekomendasi yang
langsung di alamatkan ke Edison. Edison menerimanya bekerja di Amerika dan
memberikan gaji sebesar lima puluh ribu dolar per tahun, uang yang sangat besar
pada masa itu. Tetapi suatu hari, Edison mengeluarkan kata-kata yang membuat
Tesla tersinggung, karena membandingkan kinerjanya dengan gajinya. Hal ini
membuat Tesla mengundurkan diri dari GE. Bekerja sendirian, Tesla mengembangkan
sebuah alat generator listrik yang menghasilkan arus listrik AC. Tanpa
membuang-buang waktu, Westinghouse langsung menghubungi Tesla dan membeli paten
atas temuannya, dan langsung mempekerjakan Tesla sebagai karyawannya. Temuan
Tesla ini membuat listrik AC bisa dialirkan secara jauh lebih murah dari pada
listrik DC yang dipakai oleh GE. Tetapi ada satu masalah lagi, listrik AC
menimbulkan efek tersetrum. Hal ini dimanfaatkan oleh Edison yang membuat iklan
besar-besaran untuk membangun opini bahwa listrik DC memang lebih mahal, tetapi
jauh lebih aman. Bahkan, Edison mengembangkan dan mendukung sebuah model eksekusi
mati untuk terpidana mati yaitu dieksekusi dengan kursi listrik. Eksekusi ini
dianggap menguntungkan bagi Edison karena bisa membangun opini bahwa listrik AC
hanya punya satu keunggulan yaitu bisa membunuh. Edison bahkan menggunakan
kekuasaannya di media dengan berusaha mengubah istilah “electrocuted”
(tersetrum sampai mati) menjadi westinghoused. Karena berbagai perselisihan
dengan menggunakan media massa secara luas, ini membuat persaingan ini menjadi
bagian penting dalam sejarah Amerika Serikat, dan publik menyebutnya sebagai
War of Currents (Perang Arus Listrik).
Tetapi terobosan terbesar terjadi ketika akan diadakannya
Pekan Raya perdagangan dunia di kota Chicago pada tahun 1893. Pekan raya ini
dimaksudkan sebagai pertunjukan kemajuan teknologi industri Amerika, dimana
setiap perusahaan bisa mempertunjukan produk terbaru mereka. Acara ini
mengambil lokasi yang begitu luas, dan begitu besar, dan dimaksudkan oleh
penyelenggara sebagai sebuah pertunjukan luar biasa akan kebangkitan industri
Amerika, dan adalah acara besar pertama yang menggunakan aliran listrik untuk
penerangannya. Perselisihan antara dua sistem dan dua perusahaan listrik pun berlanjut disini, yaitu
persaingan memperebutkan kontrak dari penyelenggara untuk pekerjaan menyalurkan
listrik yang begitu besar untuk menerangi acara ini. Dengan harga yang jauh
lebih murah, Westinghouse akhirnya mengalahkan GE dan memenangkan kontraknya.
GE tentu saja tidak menyerah dengan mudah. Mereka mempertanyakan keamanan
sistem AC yang digunakan WE, tetapi Westinghouse berhasil bahkan inspektor
keamanan kota Chicago tentang sistem pengaman listrik yang telah mereka
kembangkan, dan Tesla bahkan menciptakan alat bernama “Telur Kolombus” dimana
sebuah telur kuningan berputar dengan sendirinya diatas lempengan logam, dan
ketika Tesla memegang telur kuningan tersebut, tubuhnya langsung bercahaya,
tetapi dia tidak terluka sedikit pun. Pertunjukan ini berhasil meyakinkan semua
orang bahwa listrik AC aman. GE tidak berhenti disitu. Beberapa bulan sebelum
diadakannya Pekan Raya, GE menemukan bahwa WE akan menggunakan bohlam yang
mirip dengan teknologi bohlam yang telah ditemukan dan dipatenkan oleh Edison,
pendiri GE. Tanpa menunggu berselisih di ranah hukum dengan GE, Westinghouse
langsung mengembangkan teknologi bohlam baru, dan mengganti ratusan ribu bohlam
yang sudah diproduksi. Bekerja siang dan malam, seluruh bohlam dapat diganti.
Hasilnya acara Pekan Raya dibuka tepat waktu dan dialiri dengan sistem listrik
AC dari Westinghouse. Pekan Raya besar ini begitu berhasil tetapi yang paling
dikenang oleh setiap orang yang datang adalah kemajuan luar biasa yang
dihasilkan oleh penemuan teknologi listrik. Penerangan berbagai warna dari
bohlam menurut seorang penulis, seperti masuk dalam kastil terbuat dari cahaya.
Tetapi pertunjukan terbesar dari Pekan Raya ini adalah stand milik Westinghouse
Electric yang “pertunjukan” utamanya adalah pusat kendali semua aliran listrik
dan pencahayaan untuk acara luar biasa tersebut yang hanya dioperasikan oleh
satu orang operator. Setelah acara tersebut, semua orang, bahkan para ilmuwan
yang sebelumnya tidak menyukai sistem listrik AC, berhasil diyakinkan, dan
sejarah mencatat bahwa hingga saat ini kita menggunakan sistem AC dan listrik
menjadi teknologi yang terjangkau bagi umat manusia. Teknologi yang
memungkinkan saya menulis dan anda membaca tulisan ini. Teknologi yang
tanpanya, kita tidak bisa mandi karena pompa air mati, makanan kita bisa rusak
karena kulkas mati, dan banyak orang galau karena ponsel-nya juga mati.
Apa pembelajaran yang bisa kita pelajari dari kisah ini?
Pertama, bahwa kisah luar biasa ini menunjukan bahwa listrik adalah teknologi
yang laihr dari kerja keras umat manusia, ya, umat manusia biasa seperti anda
dan saya, yang mau bekerja keras untuk memproduksi listrik. Manusia biasa, yang
tanpa satupun campur tangan atau bantuan pemerintah, menyediakan listrik bagi
sesamanya. Sekali lagi, tanpa campur tangan pemerintah, atau sekelompok
birokrat yang merasa dirinya sebegitu hebat atau luar biasa, sampai harus
berpikir bahwa merekalah yang harus bertanggung jawab untuk menyediakan listrik
bagi rakyatnya, dan melarang rakyat biasa untuk menyediakan listrik. Saya
sering bertanya kepada teman-teman saya, apa sumber energi listrik. Jawaban
mereka sering katanya, sumber air, angin, dll. Tetapi saya menjawab, sumber
energi listrik yang sebenarnya adalah manusia. Tanpa manusia, tidak pernah akan
ada listrik. Dan jika anda membunuh kesempatan manusia untuk menyediakan
listrik bagi sesamanya, dengan monopoli dan peraturan bodoh pemerintah, maka
anda juga menghentikan aliran listrik tersebut.
Pelajaran kedua; kemajuan teknologi listrik hanya mungkin
jika ada PERSAINGAN. Bayangkan jika pada abad 19, dan UUD Amerika Serikat
menyatakan bahwa hanya perusahaan listrik negara yang berhak menyalurkan
listrik, dan mereka yang memutuskan apakah itu AC atau DC. Maka gelap-gulitalah
dunia sampai saat ini. Gelap gulita? Benar, segelap Manado pada saat ini.
Sekali lagi: PERSAINGAN, dari individu-individu yang bukan bersaing sekedar
mencari untung, tetapi bersaing untuk menyediakan listrik yang paling baik
dengan harga yang paling murah bagi pelanggannya, artinya, bersaing untuk
menyediakan kemajuan, atau seperti kata Westinghouse; saya tidak bersaing untuk
mendapatkan untung (profit), tetapi kemajuan (progress), karena progress pasti
menciptakan profit.
Kemalangan yang menimpa kita di Manado saat ini justru
karena pemerintah kita sedang menghilangkan apa yang membuat Perang Arus
Listrik melahirkan listrik yang paling unggul: insentif untuk bersaing.
PLN dengan monopolinya membuat Manado gelap gulita. Tetapi diantara semua fakta
yang paling menyakitkan hati adalah bahwa AC dihasilkan oleh satu generator
utama, sedangkan DC dihasilkan listriknya oleh generator terpisah. Persaingan
membuat kita mendapatkan listrik AC yang murah, tetapi PLN dengan segala
monopolinya membuat listrik mati sehingga rakyat harus menggunakan Genset yang
menghasilkan listrik DC. Jadi PLN bukan saja membuat teknologi berhenti
berkembang, tetapi malah mundur kebelakang. Pertanyaannya, apakah kita
terlalu bodoh atau pola pikir kita terlalu terkungkung sehingga tidak
mempertanyakan bahwa sudah saatnya kita mencabut hak haram PLN untuk
memproduksi listrik?
Oleh : Juan Mahaganti