Contoh banner 1-->
» » Bagaimana Monopoli PLN Memundurkan Peradaban di Sulawesi Utara

Bagaimana Monopoli PLN Memundurkan Peradaban di Sulawesi Utara

Penulis By on 20/01/2016 | No comments


Demo di PLN beberapa waktu lalu

bisnisbmr.co Manado - Pekerjaan profesional pernah membawa saya bertemu dengan salah satu karyawan penyedia listrik swasta bagi salah satu perusahaan besar di Sulawesi Utara. Berbincang dengan beliau tentu saja saya yang awam harus menanyakan pendapatnya tentang apa yang salah dengan penyediaan listrik di Propinsi ini. Penjelasannya adalah bahwa PLN punya ketidakmampuan daya untuk memenuhi permintaan listrik masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sampai disitu saja penjelasannya. Saya coba menekan dia agar menjawab lebih profesional dari jawaban mentah tersebut. Karena dia hanya memaparkan gejala dari pada masalah yang sebenarnya. Tetapi pola berpikirnya terlalu terkungkung dalam kerangka berpikir bahwa hanya PLN yang mampu menyediakan listrik, dan rakyat biasa tidak. Dan keterpasungan berpikir ini bukan hanya ada pada rakyat biasa, bahkan pada para akademisi. Saya ingat sekitar 3 tahun lalu menonton acara diskusi di salah satu TV lokal, yang membahas masalah kelistrikan (masalah ini sudah ter-endemik, tetapi entah kebodohan apa sehingga rakyat SULUT tidak mampu memecahkannya sampai sekarang), dan para “pakar” yang terundang hanya mampu datang dengan satu solusi; pihak terkait (pemerintah, tokoh masyarakat, PLN) harus duduk bersama. Duduk bersama? Sekali lagi, hasil keterkungkungan berpikir bahwa hanya PLN yang mampu menyediakan listrik. Lewat tulisan ini saya ingin mencoba menjelaskan pada pembaca sekalian bahwa mentalitas memecahkan masalah kelistrikan yang terpasung seperti ini ini bukan saja bodoh tetapi merusak. Merusak ekonomi, merusak tatanan sosial, merusak peralatan elektronik, merusak keuntungan perusahaan, merusak mood masyarakat, merusak mental (karena rakyat sering marah-marah), merusak peradaban, merusak makanan yang disimpan dalam kulkas, merusak kesehatan (karena marah-marah itu tidak sehat).
Juan Mahaganti

Keterpasungan berpikir ini dilatar belakangi dua hal, peraturan kita yang menyatakan bahwa hanya PLN yang bisa menyalurkan Listrik, kedua, kekurang pengetahuan kita bahwa listrik sejatinya adalah sebuah sumber daya yang ditemukan, dikembangkan, dan didistribusikan secara luar biasa efektif sehingga saat ini membantu kehidupan manusia, tanpa campur tangan pemerintah. Bagaimana ceritanya sehingga teknologi dan industri listrik berkembang seperti saat ini? Pembaca mungkin pernah mendengar nama Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu, tetapi mungkin jarang mendengar bahwa dia pernah kalah dalam bisnis listrik, dalam sebuah cerita ikonik peperangan antara dua perusahaan listrik Westinghouse Electric milik George Westinghouse, melawan General Electric yang dimiliki oleh Thomas Edison.

Thomas Alva Edison adalah selebriti pada zamannya yang menemukan bohlam listrik, yang memungkinkan listrik menjadi sumber penerangan pada malam hari. Westinghouse, adalah penemu yang menjadi kaya raya setelah temuannya, rem angin, digunakan di hampir semua kereta api pada zaman itu. General Electric (GE) yang didirikan oleh Edison, menggunakan dan mengembangkan teknologi penyaluran listrik sistem DC (Direct Current) yang aman, tetapi dengan kemampuan yang tidak baik dalam menyalurkan listrik. Hasilnya, untuk melayani rumah-rumah yang membutuhkan listrik, GE harus membangun generator setiap beberapa kilometer. Hal ini tentu saja kurang efektif. Solusi penyediaan listrik lainnya adalah sistem AC (Alternating Current) yang dipakai dan dijual oleh Westinghouse Electric (WE) yang mana teknologi AC ini dikembangkan di Eropa oleh berbagai penemu termasuk Michael Faraday, menggunakan transformator sebagai penguat listrik setiap beberapa kilometer, hasilnya dengan sistem AC, listrik bisa didistribusikan secara jauh lebih murah. Ada dua masalahnya; listrik AC lebih berbahaya karena bisa membuat manusia tersetrum ketika dialiri listrik, dan belum ada pembangkit listrik yang cukup besar untuk mengaliri listrik satu kota sehingga walaupun sistem AC mampu mengantarkan listrik secara lebih murah tetapi tidak berguna jika tidak ada pembangkit listrik yang cukup besar untuk mengaliri sistem AC secara luas. Masalah ini mampu dipecahkan oleh seorang imigran dari Serbia, jenius bernama Nikola Tesla. Tesla sebenarnya adalah karyawan GE yang bertugas di Paris, sampai Manajer GE cabang Eropa merasa bahwa Tesla akan jauh lebih berhasil jika berkarir di Amerika. Dia lalu mengutus Tesla ke Amerika untuk bertugas dan menulis surat rekomendasi yang langsung di alamatkan ke Edison. Edison menerimanya bekerja di Amerika dan memberikan gaji sebesar lima puluh ribu dolar per tahun, uang yang sangat besar pada masa itu. Tetapi suatu hari, Edison mengeluarkan kata-kata yang membuat Tesla tersinggung, karena membandingkan kinerjanya dengan gajinya. Hal ini membuat Tesla mengundurkan diri dari GE. Bekerja sendirian, Tesla mengembangkan sebuah alat generator listrik yang menghasilkan arus listrik AC. Tanpa membuang-buang waktu, Westinghouse langsung menghubungi Tesla dan membeli paten atas temuannya, dan langsung mempekerjakan Tesla sebagai karyawannya. Temuan Tesla ini membuat listrik AC bisa dialirkan secara jauh lebih murah dari pada listrik DC yang dipakai oleh GE. Tetapi ada satu masalah lagi, listrik AC menimbulkan efek tersetrum. Hal ini dimanfaatkan oleh Edison yang membuat iklan besar-besaran untuk membangun opini bahwa listrik DC memang lebih mahal, tetapi jauh lebih aman. Bahkan, Edison mengembangkan dan mendukung sebuah model eksekusi mati untuk terpidana mati yaitu dieksekusi dengan kursi listrik. Eksekusi ini dianggap menguntungkan bagi Edison karena bisa membangun opini bahwa listrik AC hanya punya satu keunggulan yaitu bisa membunuh. Edison bahkan menggunakan kekuasaannya di media dengan berusaha mengubah istilah “electrocuted” (tersetrum sampai mati) menjadi westinghoused. Karena berbagai perselisihan dengan menggunakan media massa secara luas, ini membuat persaingan ini menjadi bagian penting dalam sejarah Amerika Serikat, dan publik menyebutnya sebagai War of Currents (Perang Arus Listrik).

Tetapi terobosan terbesar terjadi ketika akan diadakannya Pekan Raya perdagangan dunia di kota Chicago pada tahun 1893. Pekan raya ini dimaksudkan sebagai pertunjukan kemajuan teknologi industri Amerika, dimana setiap perusahaan bisa mempertunjukan produk terbaru mereka. Acara ini mengambil lokasi yang begitu luas, dan begitu besar, dan dimaksudkan oleh penyelenggara sebagai sebuah pertunjukan luar biasa akan kebangkitan industri Amerika, dan adalah acara besar pertama yang menggunakan aliran listrik untuk penerangannya. Perselisihan antara dua sistem dan dua perusahaan  listrik pun berlanjut disini, yaitu persaingan memperebutkan kontrak dari penyelenggara untuk pekerjaan menyalurkan listrik yang begitu besar untuk menerangi acara ini. Dengan harga yang jauh lebih murah, Westinghouse akhirnya mengalahkan GE dan memenangkan kontraknya. GE tentu saja tidak menyerah dengan mudah. Mereka mempertanyakan keamanan sistem AC yang digunakan WE, tetapi Westinghouse berhasil bahkan inspektor keamanan kota Chicago tentang sistem pengaman listrik yang telah mereka kembangkan, dan Tesla bahkan menciptakan alat bernama “Telur Kolombus” dimana sebuah telur kuningan berputar dengan sendirinya diatas lempengan logam, dan ketika Tesla memegang telur kuningan tersebut, tubuhnya langsung bercahaya, tetapi dia tidak terluka sedikit pun. Pertunjukan ini berhasil meyakinkan semua orang bahwa listrik AC aman. GE tidak berhenti disitu. Beberapa bulan sebelum diadakannya Pekan Raya, GE menemukan bahwa WE akan menggunakan bohlam yang mirip dengan teknologi bohlam yang telah ditemukan dan dipatenkan oleh Edison, pendiri GE. Tanpa menunggu berselisih di ranah hukum dengan GE, Westinghouse langsung mengembangkan teknologi bohlam baru, dan mengganti ratusan ribu bohlam yang sudah diproduksi. Bekerja siang dan malam, seluruh bohlam dapat diganti. Hasilnya acara Pekan Raya dibuka tepat waktu dan dialiri dengan sistem listrik AC dari Westinghouse. Pekan Raya besar ini begitu berhasil tetapi yang paling dikenang oleh setiap orang yang datang adalah kemajuan luar biasa yang dihasilkan oleh penemuan teknologi listrik. Penerangan berbagai warna dari bohlam menurut seorang penulis, seperti masuk dalam kastil terbuat dari cahaya. Tetapi pertunjukan terbesar dari Pekan Raya ini adalah stand milik Westinghouse Electric yang “pertunjukan” utamanya adalah pusat kendali semua aliran listrik dan pencahayaan untuk acara luar biasa tersebut yang hanya dioperasikan oleh satu orang operator. Setelah acara tersebut, semua orang, bahkan para ilmuwan yang sebelumnya tidak menyukai sistem listrik AC, berhasil diyakinkan, dan sejarah mencatat bahwa hingga saat ini kita menggunakan sistem AC dan listrik menjadi teknologi yang terjangkau bagi umat manusia. Teknologi yang memungkinkan saya menulis dan anda membaca tulisan ini. Teknologi yang tanpanya, kita tidak bisa mandi karena pompa air mati, makanan kita bisa rusak karena kulkas mati, dan banyak orang galau karena ponsel-nya juga mati.

Apa pembelajaran yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Pertama, bahwa kisah luar biasa ini menunjukan bahwa listrik adalah teknologi yang laihr dari kerja keras umat manusia, ya, umat manusia biasa seperti anda dan saya, yang mau bekerja keras untuk memproduksi listrik. Manusia biasa, yang tanpa satupun campur tangan atau bantuan pemerintah, menyediakan listrik bagi sesamanya. Sekali lagi, tanpa campur tangan pemerintah, atau sekelompok birokrat yang merasa dirinya sebegitu hebat atau luar biasa, sampai harus berpikir bahwa merekalah yang harus bertanggung jawab untuk menyediakan listrik bagi rakyatnya, dan melarang rakyat biasa untuk menyediakan listrik. Saya sering bertanya kepada teman-teman saya, apa sumber energi listrik. Jawaban mereka sering katanya, sumber air, angin, dll. Tetapi saya menjawab, sumber energi listrik yang sebenarnya adalah manusia. Tanpa manusia, tidak pernah akan ada listrik. Dan jika anda membunuh kesempatan manusia untuk menyediakan listrik bagi sesamanya, dengan monopoli dan peraturan bodoh pemerintah, maka anda juga menghentikan aliran listrik tersebut.

Pelajaran kedua; kemajuan teknologi listrik hanya mungkin jika ada PERSAINGAN. Bayangkan jika pada abad 19, dan UUD Amerika Serikat menyatakan bahwa hanya perusahaan listrik negara yang berhak menyalurkan listrik, dan mereka yang memutuskan apakah itu AC atau DC. Maka gelap-gulitalah dunia sampai saat ini. Gelap gulita? Benar, segelap Manado pada saat ini. Sekali lagi: PERSAINGAN, dari individu-individu yang bukan bersaing sekedar mencari untung, tetapi bersaing untuk menyediakan listrik yang paling baik dengan harga yang paling murah bagi pelanggannya, artinya, bersaing untuk menyediakan kemajuan, atau seperti kata Westinghouse; saya tidak bersaing untuk mendapatkan untung (profit), tetapi kemajuan (progress), karena progress pasti menciptakan profit.

Kemalangan yang menimpa kita di Manado saat ini justru karena pemerintah kita sedang menghilangkan apa yang membuat Perang Arus Listrik melahirkan listrik yang paling unggul: insentif untuk bersaing. PLN dengan monopolinya membuat Manado gelap gulita. Tetapi diantara semua fakta yang paling menyakitkan hati adalah bahwa AC dihasilkan oleh satu generator utama, sedangkan DC dihasilkan listriknya oleh generator terpisah. Persaingan membuat kita mendapatkan listrik AC yang murah, tetapi PLN dengan segala monopolinya membuat listrik mati sehingga rakyat harus menggunakan Genset yang menghasilkan listrik DC. Jadi PLN bukan saja membuat teknologi berhenti berkembang, tetapi malah mundur kebelakang. Pertanyaannya, apakah kita terlalu bodoh atau pola pikir kita terlalu terkungkung sehingga tidak mempertanyakan bahwa sudah saatnya kita mencabut hak haram PLN untuk memproduksi listrik?

Oleh : Juan Mahaganti


Baca Juga Artikel Terkait Lainnya